BIA ST YOHANA
#bia #styohana #stasi #simbarwaringin
#bia #santa #yohana #stasi #simbarwaringin #gereja #santo #alloysius
Diposting oleh SilverLintang di 10.45
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diposting oleh SilverLintang di 10.45
Pelindung Gereja Simbarwaringin
Gereja St Aloysius Simbarwaringin. Nama St Aloysius diambil dari penggalan nama Santo pelindung, yakni Aloysius Gonzaga. Ia lahir di Castiglioni Dele Stivert, Mantuna, Italia Utara, pada tanggal 9 Maret 1568. Aloysius adalah putra sulung dari pasangan Marchese Ferante dan Martha Tana Santena, sebuah keluarga bangsawan yang kaya raya. Orang tuanya menaruh harapan besar agar kelak Aloysius dapat mengembangkan karir di bidang kemiliteran, maka sejak kecil ia mendapat pendidikan militer yang keras. Namun lama kelamaan Aloysius tidak tahan melihat cara hidup militer dari jaman itu yang begitu keras dan moralitasnya tidak karuan sehingga ia mengundurkan diri dari dinas kemiliteran. Tahun 1581, Aloysius bersama Maria, kakaknya hijrah ke Spanyol. Ia tinggal selama tiga tahun di istana Yakobus, Putra Raja Philip II di Madrid. Di situlah ia memutuskan untuk masuk Serikat Jesus, sebuah tarekat imam yang didirikan oleh St. Ignasius Loyola dan kawan-kawannya. Niat itu segera disampaikan kepada orang tuanya ketika ia kembali ke Italia tahun 1584, namun ditolak dengan tegas oleh ayahnya. Baru setelah ayahnya sembuh dari sakit keras, ia mengijinkan Aloysius untuk memasuki hidup membiara Aloysius masuk novisiat Serikat Jesus di biara St. Andreas di Roma pada Tanggal 25 November 1585. Ia baru berusia tujuh belas setengah tahun ketika itu namun ia sungguh menunjukkan kematangan komitmennya. Dua tahun kemudian setelah menyelesaikan masa novisiatnya, ia diperkenankan mengucapkan kaul pertamanya untuk hidup miskin, murni dan taat di dalam Serikat Jesus, tepatnya tanggal 25 November 1587. Prestasinya yang bagus dalam bidang ilmu-ilmu kemanusiaan dan kerohanian mengantarnya ke studi teologi di Collegium Romanum. Di situ Aloysius ternyata juga menunjukkan prestasi yang cemerlang di bidang studi teologi. Namun ia juga sangat disegani oleh kawan-kawannya bukan hanya karena kepandaiannya, melainkan karena ketekunannya di dalam doa, matiraga dan kerendahan hatinya. Pada tahun 1591 wabah pes berjangkit di Roma. Para Yesuit segera membuka Rumah Sakit di situ. Seluruh anggota Yesuit ikut terlibat, tak kecuali Aloysius. Semangat hidupnya yang tak pernah padam dipadu dengan kelembutan hatinya yang luar biasa adalah buah dari kesatuanya dengan Tuhannya. Inilah yang membawanya pada kesediaan untuk diutus, mencurahkan tenaga, kepandaian dan waktunya untuk melayani orang-orang yang terkena wabah pes. Aloysius dengan sangat rajin dan tulus menolong para penderita. Namun rupanya wabah pes tidak pandang bulu, sehingga banyak Yesuit turut terkena penyakit itu, termasuk Aloysius. Selama tiga bulan kesehatan Aloysius terus memburuk, hingga akhirnya ia memberika hidupnya sebagi persembahan mulia bagi Tuhan dan sesamanya. Aloysius meninggal pada malam tanggal 21 Juni 1591, karena tertular wabah pes dari orang-orang yang dilayaninya. Ketika ia baru berusia 23 tahun lebih 9 bulan. Maka kendati meninggal dalam usia muda, totalitas di dalam pelayanannya membuktikan keunggulan hidupnya. Ia telah mewujudkan motto hidup yang di kemudian hari dirumuskan sebagai “Men and women for others†Gereja Katolik mengenang
|
0 komentar:
Posting Komentar